Rabu, 18 Maret 2009

Moral Pekerja

1.Latar belakang :
Rendahnya moral pekerja dalam perusahaan yang mengakibatkan keluar masuknya pekerja yang tinggi dan yang berhubungan dengan berbagai penyakit serta meningkatnya ketidakhadiran. Beberapa pekerja mungkin tidak mau mengerjakan pekerjaan berat untuk merubah etika. Ketamakan individual dan karakter yang tidak utuh bisa jadi mengatur mereka untuk berperilaku tanpa etika.
Dalam rangka untuk meningkatkan produktivitas maka perlu menempatkan suatu metode spiritualitas kedalam komunitas pekerja agar bisa lebih kreatif dan saling mengisi ruang produk dalam perusahaan. Karena spiritualitas itu sendiri merupakan multidimensi yang terdiri dari pola-pola berpikir kita, emosi kita, perasaan dan perilaku. Penempatan spiritualitas mempunyai jejak hubungan dengan budaya, hubungan antara individu dan grup dengan Tuhannya, pemahamannya bahwa pekerja membawa nilai-nilai moral individu ke dalam pekerjaan yang berhubungan dengan latar belakang budaya dan agama mereka yang berorienyasi pada kesetiaan dan etika bekerja yang lebih baik.

2. Pertanyaan yang ada
- apakah yang harus dilakukan untuk bisa memiliki perilaku yang bermoral baik
- apakah kehidupan yang baik itu dan justifikasi berbagai peran dan prinsip-prinsip yang membantu untuk menjamin keputusan-keputusan moral yang baik
- pemahaman tentang perilaku seperti apakah yang secara moral dapat diterima
- pertimbangan apa sajakah yang tidak dapat diterima
- apakah pekerjaan ini berharga bagi spirit manusia? Apakah pekerjaan ini mencerminkan spirit saya? Apakah saya menghargai spirit yang ada dalam teman-teman kerja saya? Apakah saya setuju untuk membantu mereka? Apakah ini tempat yang cukup indah dan berharga yang menghadirkan spirit manusia? Apakah saya membuat pekerjaan saya sebagai ekspresi yang berharga bagi spirit saya?
- Bagaimanakah dampak spiritualitas terhadap tujuan pada tiap bisnis yang berorientasi laba?


3. Metode yang digunakan
Metode spiritual agama menjadikan suatu bagian pilihan bagi para pekerja, dengan membangkitkan spiritualitas di tempat kerjanya akan lebih berarti dalam mendekatkan tanggung jawab sosial pada bisnis agar termotivasi dan menginspirasi para pekerja. Penggabungan spiritual pada tempat kerja yang sesuai akan menumbuhkan harapan-harapan mereka untuk mensuport kolega-koleganya. Mereka akan mencari kualitas, mereka akan bekerja dengan baik.
Statistik dari organisasi Gallup di New York muncul untuk mensuport beberapa klaim. Pada 1998 Gallup bertanya pada 800 orang Amerika dimana pekerjaan mereka telah mempengaruhi kehidupan spiritual mereka, 33% menghargai pekerjaan dengan “kemajuan yang besar” atau “kemajuan” spiritualitas mereka, mengesankan ketertarikan bangsa pada kesetiaan yang melebihi gereja dan rumah serta memasuki tempat kerja (D.Lewis 2001)


4. Kontribusi studi kasus
a. Secara Teori
Menurut ahli hukum mengkombinasikan bisnis dengan agama dapat dilakukan seiring, karena spiritualitas sebagai perasaan mendasar yang dirasakan oleh manusia secara utuh dan menyeluruh secara universal. Untuk membangun penghargaan diri dan membangun kembali kesadaran jiwa di tempat kerja maka metode spiritualitas yang diterapkan pada system kerja perusahaan tersebut yaitu pekerja akan merasakan tingkat kenyamanan yang melekat pada perasaan memiliki dan bertanggung jawab penuh pada apa yang telah dikerjakan dan bisa dipastikan semua itu akan dapat menggeser korupsi. Karena tingkat resiko kerja bisa ditekan dan hal tersebut membawa keuntungan pada perusahaan.


b. Secara Praktek
Beberapa pelaku bisnis secara terbuka mendukung praktek-praktek agama seperti berdoa pada ruang konferensi, tren agama yang ditempatkan dalam spiritual ini mengalami pertumbuhan di dalam tempat kerja, tiap minggunya kelompok-kelompok ini bertemu untuk melakukan doa bersama. dari penerapan spiritual itu maka para pekerja diijinkan untuk meditasi selama 20-30 menit selama hari kerja, dimana meditasi tersebut tidak mengurangi jam istirahat normal yang ditentukan perusahaan. Penggabungan spiritual pada tempat kerja yang sesuai akan menumbuhkan harapan-harapan mereka untuk mensuport kolega-koleganya. Mereka akan mencari kualitas dan mereka juga akan bekerja dengan baik.


5. Temuan2 hasil penelitian
Di negara berkembang, para petani yang tidak berpendidikan sangat tidak familiar dengan kata-kata “spiritualitas”, meskipun cukup sering mereka mengekspresikan spiritualitas. Pembedaan secara tegas antara agama dan spiritualitas, agama memandang sebagai yang tidak bertoleransi dan memecah belah, sementara spiritualitas lebih bersifat universal dan lebih luas. Dengan demikian organisasi harus mengarah pada audit etika, Seperti sebuah audit akan mengidentifikasi situasi sensitif yang mungkin menggoda individu untuk berperilaku tanpa etika
Beberapa perusahaan menyikapi perkembangan ini sebagai tren baru karena mereka meyakini bahwa sebagai suatu lingkungan kerja humanistik memunculkan situasi saling menguntungkan antara pekerja dan organisasinya. Bukti empiris bahwa spiritualitas di tempat kerja akan memciptakan budaya organisasi yang baru, dimana pekerja merasa lebih bahagia dan berkinerja lebih baik. Mereka bersama-sama termotivasi dalam bekerja dan meningkatkan rasa ikut memiliki.
Pekerja juga akan merasa menjadi bagian dari komunitas pekerjaan dimana hal itu menjadi aspek penting dalam spiritualitas yang akan membantu mereka ketika sesuatu yang sulit terjadi di masa yang akan datang. Lebih jauh, suatu budaya untuk berbagi dan memperhatikan akhirnya akan dirasakan juga oleh para stakeholder, yakni : pemasok. pelanggan dan para pemegang saham. Dalam sebuah lingkungan kerja humanistik, pekerja akan lebih kreatif dan memiliki moral yang lebih tinggi, dua hal yang saling terkait pada kinerja organisasi yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar